Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2011

Politik Media Politik

Beberapa hari belakangan ramai diberitakan ketidaksukaan Menteri Sekretaris Negara, Dipo Alam terhadap beberapa media yang menurutnya menyebarkan kebencian terhadap pemerintah. Dipo, menyebutkan beberapa contoh peristiwa dimana media massa dinilainya cenderung mendiskreditkan pemerintah. Buntut dari hal ini adalah Dipo menyerukan kepada semua lembaga pemerintah “memboikot” beberapa media yang sudah dinilai positif menyebarkan kebencian. Boikot tersebut berupa tidak memasang iklan dan melarang aparatnya untuk datang pada undangan acara dan sejenisnya yang dilayangkan oleh media yang bersangkutan. Politik Citra vs Politik Wacana Banyak para pengamat politik mengatakan bahwa rejim Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) adalah rejim politik citra. Hal ini terindikasi dari upaya-upaya pencitraan positif diri SBY dan pemerintahannya di banyak kesempatan. Bahkan secara sinis beberapa pengamat politik mengatakan bahwa SBY lebih sering mengumpulkan media di Istana ketimbang para pembantunya untuk meme

Seberapa Mahal Harga Videomu?

Hari ini saya membaca sebuah berita di www.kompas.com berjudul Tragedi Pengacara Buta . Hal yang menarik bagi saya adalah bagaimana dokumentasi film mengenai perlakuan pemerintah China kepada sang “pengacara otodidak” bisa sampai pada pihak lain diluar China. Menarik karena hampir memiliki jalan cerita serupa dengan apa yang terjadi pada peristiwa pembantaian di Cikeusik. Ada orang yang mendokumentasikan peristiwa dan menyampaikannya kepada pihak lain. Dua peristiwa yang terjadi berjauhan dan tidak berkaitan namun memiliki satu kesamaan, dokumentasi sebagai alat kampanye perubahan. Saya teringat sebuah buku “video for change “ yang diberikan sebagai hadiah dari sebuah penerbitan alternatif di Jogjakarta. Buku ini menjelaskan bagaimana mayarakat bisa memulai perubahan melalui video dokumentasinya. Dengan cara yang paling sederhana sekalipun, perubahan bisa dimulai dengan kesadaran dokumentasi. Hal ini juga yang terjadi pada saat seseorang yang mendokumentasikan peristiwa Cikeusik dan

CIKEUSIK: MENCABIK KEBHINEKAAN

"Saat ini sudah ada 24 jemaah yang insyaf, dan kembali mengikuti ajaran Islam yang benar. Saya berharap yang lain juga bisa. Kami lakukan pembinaan sampai mereka betul-betul insaf" (Ratu Atut, Gubernur Banten). Entah apa yang ada di benak putri pendekar Banten, Ratu Atut, ketika kalimat tersebut mengalir deras dari mulut manisnya. Sebagai pimpinan daerah yang ucapannya merupakan tuah bagi masyarakatnya, tentu Ratu Atut dengan sangat sadar mengucapkan kalimat diatas. Hal ini nampak bergayung sambut atas ujaran dari Suryadharma Ali, Menteri Agama, yang bahkan sebelum ia menjabat sudah menyatakan pandangannya terhadap penganut Ahmadiyah Taat Kepada Pimpinan (Ulil Amr) Kalangan muslimin sangat kenal akan salah satu ajaran baik untuk taat kepada ulil amr yang sering diterjemahkan sebagai imam, pimpinan, bahkan secara luas adalah pemerintah. Oleh karenanya apa yang ulil amr ini ucapkan akan menjadi seolah perintah yang wajib dilaksanakan dan jika meninggalkannya seolah adalah sebu