-->
Demikian sedikit pertimbangan untuk “sedia payung sebelumhujan” menghadapi kemungkinan tragedi piring terbang. Ingat, jangan menerbangkan piring atau gelas sebelum mempersiapkannya.. (sry)
Pernah mendengar suara
piring yang dilempar ibu dan jatuh tepat dilantai? Setidaknya
begitulah suara yang terdengar. Ada banyak variasi suara sebenarnya. Namun
paling tidak suara prang pasti
terdengar sebelum kita melihat serpihan beling berserakan.
Bukan ingin membicarakan hubungan orang tua yang tak akur
sehingga terjadi peristiwa “piring terbang”.
Namun ada baiknya mempersiapkan diri apabila hal tersebut mungkin dapat
terjadi. “Sedia payung sebelum hujan”
kalau menurut nenek saya. Lebih baik siapkan piring dan gelas yang berkualitas
baik untuk berjaga apabila terjadi “piring terbang” ketimbang repot mencari
alas makan dan minum setelah peristiwa terjadi.
Kebanyakan dari kita hanya melihat ukuran kapasitas serta
kejernihan sebelum membeli perabot dari gelas. Namun sebenarnya ada beberapa
hal yang selayaknya juga dapat diperhatikan sebelum membeli gelas.
Dari sekian banyak gelas beredar dipasaran, setidaknya ada 3
kelompok bahan dasar pembentuk gelas yang sering didengar; silica, borosilicate, dan sodalime (soda gamping). Walau demikian,
sebenarnya ada beberapa bahan dasar pembentuk lainnya. Masing-masing bahan
pembentuk gelas tersebut memiliki kekhasan sendiri-sendiri.
Sodalime adalah
bahan pembentuk gelas yang banyak dipakai untuk pembuatan prabot rumah tangga.
Walaupun sekarang ini sudah mulai banyak industri yang menggunakan borosilicate untuk produksi perabot
rumah tangga dari gelas. Setidaknya saya menemukan beberapa produk glassware yang diimpor dari Amerika,
Thailand dan beberapa negara Eropa, memang menyebut gelasnya sebagai gelas
borosilicate yang diklaim lebih tahan terhadap guncangan keras dan tiba-tiba.
Mungkin masuknya gelas perabot yang berbahan borosilicate adalah reaksi atas produksi
gelas tempered yang dipatenkan oleh produsen
asal Indonesia. Gelas tempered adalah
gelas yang diklaim selain memiliki ketahanan terhadap guncangan tiba-tiba yang
keras juga akan membentuk bongkahan seperti kristal jika ia pecah (tidak
memproduksi beling).
Gelas tempered ini
diproduksi dengan tambahan mesin yang berfungsi untuk meningkatkan suhu
pembuatan (forming) gelas disatu
bagian dan penambahan mesin yang bertugas memberi tekanan udara untuk
menurunkan suhu. Singkat kata tempering
merupakan teknologi memperkeras perabot gelas agar dapat lebih tahan bantingan
tanpa harus menggunakan bahan dasar borosilicate
yang jauh lebih mahal.
Namun jangan juga terkecoh, bahwa gelas tempered benar-benar jauh lebih kuat dalam hal menerima bantingan.
Jangan coba-coba menjatuhkan gelas tempered
disaat didalamnya terdapat benda lain (air, sisa makanan, dll) karena guncangan
yang dihasilkan akan menjadi tidak stabil dan akan memudahkan pecah.
Selain perkara daya tahan gelas dan kejernihannya (clarity) patut dipertimbangkan pula
bentuk-bentuk gelas yang sesuai dengan pertimbangan estetika. Terkait hal ini,
setidakna ada 2 jenis model pembuatan bentuk gelas (forming) yang lazim beredar dipasaran; press dan blown.
Gelas-gelas berbentuk unik yang non simetri, keluar pakem, biasanya diproduksi
dengan cara “ditiup” atau lebih dikenal dengan teknik blown.
Untuk mengenali apakah gelas menggunakan teknik press atau blown adalah dengan melihat detail dibagian dalam gelas atau
sedikit merabanya. Jika ada terlihat atau teraba semacam garis yang mengikuti
lingkaran gelas maka dapat dipastikan gelas itu diproduksi dengan teknik blown. Namun jika ditemukan ada garis
yang hanya membelah rata sisi-sisi gelas maka ia dapat dipastikan adalah gelas press menggunakan split mold.
Dipasaran, gelas tiup ini beredar berbagai bentuk dan warna
menarik namun jika diperhatikan hampir semuanya akan terasa lebih tipis dari
gelas-gelas lainnya. Inilah kekhasan selanjutnya dari gelas produk ruma tangga yang diproduksi dengan
cara ditiup. Harga produk gelas tiup ini biasanya agak lebih mahal karena
resiko gagal produksi yang lebih besar.
Untuk produk piring makan, biasanya teknik yang digunakan
adalah full press dan freepress. Jika ingin membedakannya
lihatlah pada bagian bibir piring dan perhatikan dekorasinya. Jika ada bagian
tertentu yang berbentuk bulatan-bulatan kecil dan berulang-ulang di tempat
tertentu dengan interval yang sama, maka dapat dipastikan ia adalah piring full press. Hal ini karena full press membutuhkan tempat khusus
untuk memisahkan mold setelah bahan
terbentuk.
Masalah clarity
memang yang paling banyak menyita perhatian. Gelas perabot memang sebaiknya
jernih. Namun tak jarang sejumlah produk rumah tangga berbahan gelas ternyata
terdapat “cacat” yang mungkin dalam skala tertentu masih dapat diterima.
Gelembung udara, bubble
mungkin bisa ditemukan di dalam gelas minum khususnya yang berwarna jernih.
Bentuk bubble ini mulai dari yang
berbentuk seperti salju sampai berbentuk seperti rongga. Ini terjadi karena
masalah kebersihan saat proses forming.
Selanjutnya, scratch halus
di sisi tertentu badan gelas minum atau piring. Ini bisa terjadi akibat cetakan
yang tidak bersih atau ada karat. Bentuk lain scratch ini bisa terjadi dengan warna kekuningan/tembaga karena
karat pada lehr atau karena ada oli
yang terjerembab dalam proses forming.
Walaupun jarang terdapat di pasar, namun somplak/sumbing di
bagian tertentu perabot gelas juga mungkin terjadi. Bisa jadi disebabkan
didalam proses pembakaran bisa juga terjadi pada saat mulai penyimpanan/pengemasan.
Demikian sedikit pertimbangan untuk “sedia payung sebelumhujan” menghadapi kemungkinan tragedi piring terbang. Ingat, jangan menerbangkan piring atau gelas sebelum mempersiapkannya.. (sry)
Comments
Post a Comment