Skip to main content

Prang !!!

-->
Pernah mendengar suara piring yang dilempar ibu dan jatuh tepat dilantai? Setidaknya begitulah suara yang terdengar. Ada banyak variasi suara sebenarnya. Namun paling tidak suara prang pasti terdengar sebelum kita melihat serpihan beling berserakan.

Bukan ingin membicarakan hubungan orang tua yang tak akur sehingga terjadi peristiwa “piring terbang”.  Namun ada baiknya mempersiapkan diri apabila hal tersebut mungkin dapat terjadi.  “Sedia payung sebelum hujan” kalau menurut nenek saya. Lebih baik siapkan piring dan gelas yang berkualitas baik untuk berjaga apabila terjadi “piring terbang” ketimbang repot mencari alas makan dan minum setelah peristiwa terjadi.

Kebanyakan dari kita hanya melihat ukuran kapasitas serta kejernihan sebelum membeli perabot dari gelas. Namun sebenarnya ada beberapa hal yang selayaknya juga dapat diperhatikan sebelum membeli gelas.

Dari sekian banyak gelas beredar dipasaran, setidaknya ada 3 kelompok bahan dasar pembentuk gelas yang sering didengar; silica, borosilicate, dan sodalime (soda gamping). Walau demikian, sebenarnya ada beberapa bahan dasar pembentuk lainnya. Masing-masing bahan pembentuk gelas tersebut memiliki kekhasan sendiri-sendiri. 

Sodalime adalah bahan pembentuk gelas yang banyak dipakai untuk pembuatan prabot rumah tangga. Walaupun sekarang ini sudah mulai banyak industri yang menggunakan borosilicate untuk produksi perabot rumah tangga dari gelas. Setidaknya saya menemukan beberapa produk glassware yang diimpor dari Amerika, Thailand dan beberapa negara Eropa, memang menyebut gelasnya sebagai gelas borosilicate yang diklaim lebih tahan terhadap guncangan keras dan tiba-tiba.

Mungkin masuknya gelas perabot yang berbahan borosilicate adalah reaksi atas produksi gelas tempered yang dipatenkan oleh produsen asal Indonesia. Gelas tempered adalah gelas yang diklaim selain memiliki ketahanan terhadap guncangan tiba-tiba yang keras juga akan membentuk bongkahan seperti kristal jika ia pecah (tidak memproduksi beling).

Gelas tempered ini diproduksi dengan tambahan mesin yang berfungsi untuk meningkatkan suhu pembuatan (forming) gelas disatu bagian dan penambahan mesin yang bertugas memberi tekanan udara untuk menurunkan suhu. Singkat kata tempering merupakan teknologi memperkeras perabot gelas agar dapat lebih tahan bantingan tanpa harus menggunakan bahan dasar borosilicate yang jauh lebih mahal.

Namun jangan juga terkecoh, bahwa gelas tempered benar-benar jauh lebih kuat dalam hal menerima bantingan. Jangan coba-coba menjatuhkan gelas tempered disaat didalamnya terdapat benda lain (air, sisa makanan, dll) karena guncangan yang dihasilkan akan menjadi tidak stabil dan akan memudahkan pecah.

Selain perkara daya tahan gelas dan kejernihannya (clarity) patut dipertimbangkan pula bentuk-bentuk gelas yang sesuai dengan pertimbangan estetika. Terkait hal ini, setidakna ada 2 jenis model pembuatan bentuk gelas (forming) yang lazim beredar dipasaran; press dan blown. Gelas-gelas berbentuk unik yang non simetri, keluar pakem, biasanya diproduksi dengan cara “ditiup” atau lebih dikenal dengan teknik blown.

Untuk mengenali apakah gelas menggunakan teknik press atau blown adalah dengan melihat detail dibagian dalam gelas atau sedikit merabanya. Jika ada terlihat atau teraba semacam garis yang mengikuti lingkaran gelas maka dapat dipastikan gelas itu diproduksi dengan teknik blown. Namun jika ditemukan ada garis yang hanya membelah rata sisi-sisi gelas maka ia dapat dipastikan adalah gelas press menggunakan split mold.

Dipasaran, gelas tiup ini beredar berbagai bentuk dan warna menarik namun jika diperhatikan hampir semuanya akan terasa lebih tipis dari gelas-gelas lainnya. Inilah kekhasan selanjutnya dari gelas  produk ruma tangga yang diproduksi dengan cara ditiup. Harga produk gelas tiup ini biasanya agak lebih mahal karena resiko gagal produksi yang lebih besar.

Untuk produk piring makan, biasanya teknik yang digunakan adalah full press dan freepress. Jika ingin membedakannya lihatlah pada bagian bibir piring dan perhatikan dekorasinya. Jika ada bagian tertentu yang berbentuk bulatan-bulatan kecil dan berulang-ulang di tempat tertentu dengan interval yang sama, maka dapat dipastikan ia adalah piring full press. Hal ini karena full press membutuhkan tempat khusus untuk memisahkan mold setelah bahan terbentuk.

Masalah clarity memang yang paling banyak menyita perhatian. Gelas perabot memang sebaiknya jernih. Namun tak jarang sejumlah produk rumah tangga berbahan gelas ternyata terdapat “cacat” yang mungkin dalam skala tertentu masih dapat diterima.

Gelembung udara, bubble mungkin bisa ditemukan di dalam gelas minum khususnya yang berwarna jernih. Bentuk bubble ini mulai dari yang berbentuk seperti salju sampai berbentuk seperti rongga. Ini terjadi karena masalah kebersihan saat proses forming.

Selanjutnya, scratch halus di sisi tertentu badan gelas minum atau piring. Ini bisa terjadi akibat cetakan yang tidak bersih atau ada karat. Bentuk lain scratch ini bisa terjadi dengan warna kekuningan/tembaga karena karat pada lehr atau karena ada oli yang terjerembab dalam proses forming.

Walaupun jarang terdapat di pasar, namun somplak/sumbing di bagian tertentu perabot gelas juga mungkin terjadi. Bisa jadi disebabkan didalam proses pembakaran bisa juga terjadi pada saat mulai penyimpanan/pengemasan.

Demikian sedikit pertimbangan untuk “sedia payung sebelumhujan” menghadapi kemungkinan tragedi piring terbang. Ingat, jangan menerbangkan piring atau gelas sebelum mempersiapkannya.. (sry)

Comments

Popular posts from this blog

Pendidikan Ganda demi Bonus Demografi

DJOKO SANTOSO DIDIE SW . Daripada tidak, Indonesia lebih baik sedikit terlambat untuk memulai sistem pendidikan ganda dalam pendidikan tinggi. Sistem ini sukses diterapkan Jerman dan ditiru banyak negara Eropa, termasuk menjadi pendo- rong kemajuan Korea Selatan. Maka, wajar jika Presiden Joko Widodo meminta agar hal tersebut segera serius dilaksanakan. Presiden memang berkali-kali menekankan relasi antara pendidikan dan kebutuhan nyata sesuai perkembangan cepat zaman. Lantas apa pentingnya dan bagaimana sebenarnya cara kerja dari sistem pendidikan ganda? Bagaimana perguruan tinggi bersama perusahaan industri bisa menerapkan pendidikan kejuruan dan pelatihannya tersebut dengan sukses? Jerman menerapkan sistem pendidikan ganda dalam upaya mempercepat penyejahteraan penduduknya. Sistem ini menghasilkan kontribusi besar dari sejumlah besar kaum muda yang berketerampilan khusus. Model pendidikan praktis ini dapat melatih kaum muda dalam keterampilan yang relev...

Masa Depan PAN (1): Tragedi Pulang Kandang dan Poros Tengah

BAMBANG SETIAWAN   5 Januari 2018  10:49 WIB     KOMPAS Di hadapan 15.000 orang yang memadati Istora Senayan, Jakarta, 23 Agustus 1998, tokoh reformasi Amien Rais meresmikan berdirinya Partai Amanat Nasional (PAN). Didukung tokoh masyarakat dari berbagai latar belakang etnis dan agama, PAN berdiri dengan lambang matahari yang menyinari segala penjuru. Partai Amanat Nasional (PAN) menarik bukan hanya karena sejarah berdirinya, melainkan karena perjalanan politiknya yang mengubah partai perjuangan ini menjadi partai figur. Dari semangat partai berdimensi plural menjadi partai bernuansa tunggal. Sebagai partai politik yang kemunculannya memanfaatkan momentum gerakan reformasi yang menumbangkan Orde Baru, PAN awalnya sangat dekat dengan semangat pembaruan dengan menggalang sebanyak mungkin elemen masyarakat. Sebagian tokoh kunci reformasi menjadi tiang berdirinya partai berlambang matahari ini. Di tengah kerusuhan yang masih berlang...

Masa Depan PAN (3-Habis): Jebakan Koalisi dan Kemandirian Partai

BAMBANG SETIAWAN   7 Januari 2018  19:59 WIB     KOMPAS/WAWAN H PRABOWO (WAK) Mantan anggota DPRD DKI Jakarta Wanda Hamidah menggelar jumpa pers terkait pemberhentian dirinya dari Partai Amanat Nasional (PAN) di sebuah restoran di Jalan Kebon Sirih, Jakarta, Selasa (16/9/2014). Wanda Hamidah diberhentikan dari partainya karena mendukung pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla dalam Pilpres 2014. PAN tercatat menjadi partai paling banyak merekrut artis di pemilu 2004. Tarik-ulur ideologi di tubuh Partai Amanat Nasional (PAN) berjalan seiring dengan pergantian tokoh-tokoh pimpinannya. Namun, naik turunnya suara PAN tidak ditentukan oleh kepemimpinan dan ideologinya semata, tetapi oleh langkah koalisinya. Pada pemilu pertama era reformasi, tahun 1999, partai berlambang matahari itu berhasil memperoleh 7,4 persen suara dan bisa menempatkan 34 wakilnya di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Dalam pemilu berikutnya (2004) PAN mengalami kemerosotan ...