Mengikuti test CPNS untuk hampir sebagian besar orang adalah sebuah pengharapan besar untuk dapat diterima menjadi PNS di lembaga negara yang dituju. Setidaknya dengan menjadi PNS sedikit kenyamanan hidup sudah bisa terpenuhi dan mengikuti ujian adalah sarananya.
Namun bagi saya ujian CPNS adalah sarana untuk mengukur hasil pendidikan yang pernah saya tempuh. Sekian tahun setelah lulus dari perkuliahan, ujian CPNS adalah sarana yang tepat untuk mengukur kembali hasil pendidikan yang pernah ditempuh.
Walaupun terkadang soal yang diujikan tidak sejalan dengan pendidikan akhir yang ditempuh, namun secara keseluruhan, soal-soal ujian ini memang terasa menguras memori pelajaran yang pernah ditempuh dahulu.
Mulai dari soal-soal ke-bahasa-an, logika sampai pengetahuan umum yang diujikan, bagi saya sebenarnya adalah ujian atas perhatian saya selama masa belajar dibangku sekolah. Walaupun sama-sama berharap dapat diterima sebagai CPNS, namun yang penting bagi saya adalah saya dapat mengukur ketidaktahuan yang perlu saya tingkatkan.
Namun demikian, ada hal yang cukup menyita perhatian saya yaitu psikotest. Saya masih ingat ujaran Prof.Sarlito yang bilang bahwa "sekarang ini psikotest dewasa ini terlalu didewakan, padahal hal tersebut bukan sebuah ukuran yang patut didewakan". Begitulah kondisi test ujian pegawai yang sekarang menjadi arus utama di Indonesia. Entah kenapa ukuran kematangan dan potensi sumber daya manusia yang akan menjadi tenaga kerja di sebuah perusahaan atau lembaga.
Sepanjang pengalaman mengikuti test, hanya psikotest yang benar-benar menjadi misteri bagi saya. Pilihan antara menunjukan jati diri dengan "menyesuaikan" jati diri didalam psikotest ternyata bukan hal yang mudah untuk saya tetapkan. Ditambahlagi dengan kondisi dan situasi saat test yang tidak bisa terukur, psikotest sering menjadi momok yang penuh misteri bagi saya.
Namun demikian, saya bersyukur karena dengan dapat ikut serta dalam test-test serupa akhirnya saya juga mendapat pengetahuan baru dan kesempatan untuk menguji hasil pendidikan yang telah sekian lama saya tempuh baik di sekolah maupun perkuliahan.
Namun bagi saya ujian CPNS adalah sarana untuk mengukur hasil pendidikan yang pernah saya tempuh. Sekian tahun setelah lulus dari perkuliahan, ujian CPNS adalah sarana yang tepat untuk mengukur kembali hasil pendidikan yang pernah ditempuh.
Walaupun terkadang soal yang diujikan tidak sejalan dengan pendidikan akhir yang ditempuh, namun secara keseluruhan, soal-soal ujian ini memang terasa menguras memori pelajaran yang pernah ditempuh dahulu.
Mulai dari soal-soal ke-bahasa-an, logika sampai pengetahuan umum yang diujikan, bagi saya sebenarnya adalah ujian atas perhatian saya selama masa belajar dibangku sekolah. Walaupun sama-sama berharap dapat diterima sebagai CPNS, namun yang penting bagi saya adalah saya dapat mengukur ketidaktahuan yang perlu saya tingkatkan.
Namun demikian, ada hal yang cukup menyita perhatian saya yaitu psikotest. Saya masih ingat ujaran Prof.Sarlito yang bilang bahwa "sekarang ini psikotest dewasa ini terlalu didewakan, padahal hal tersebut bukan sebuah ukuran yang patut didewakan". Begitulah kondisi test ujian pegawai yang sekarang menjadi arus utama di Indonesia. Entah kenapa ukuran kematangan dan potensi sumber daya manusia yang akan menjadi tenaga kerja di sebuah perusahaan atau lembaga.
Sepanjang pengalaman mengikuti test, hanya psikotest yang benar-benar menjadi misteri bagi saya. Pilihan antara menunjukan jati diri dengan "menyesuaikan" jati diri didalam psikotest ternyata bukan hal yang mudah untuk saya tetapkan. Ditambahlagi dengan kondisi dan situasi saat test yang tidak bisa terukur, psikotest sering menjadi momok yang penuh misteri bagi saya.
Namun demikian, saya bersyukur karena dengan dapat ikut serta dalam test-test serupa akhirnya saya juga mendapat pengetahuan baru dan kesempatan untuk menguji hasil pendidikan yang telah sekian lama saya tempuh baik di sekolah maupun perkuliahan.
Comments
Post a Comment