Skip to main content

Apa Maunya Century?

Dalam satu minggu belakangan ini berita di media massa Indonesia dibanjiri dengan isu seputar Bank Century.Mulai dari aksi mantan nasabah yang dibawa lari uangnya, pemerintah yang mengucurkan dana melalui billout, anggota DPR yang beraksi karena pemerintah mengucurkan dana lebih besar ketimbang buat rakyat miskin, berbagai berita terkait lainnya.

Herannya, tidak satupun berita yang menginformasikan tentang manajemen baru Bank Century. Apa yang tengah mereka lakukan terhadap isu ini?

Ada isu yang mungkin hanya diketahui oleh segelintir orang bahwa, Bank Century akan mengubah nama, ada juga celotehan bahwa dana besar yang digelontorkan pemerintah akan digunakan untuk "membenahi" image, bahkan ada kalangan yang membicarakan tentang pengangkatan Direktur Utama baru Bank Century adalah pesanan dari Menteri Keuangan.

Namun dibalik itu semua sangat nampak terlihat bahwa, pemerintah Indonesia sekarang ini lebih mengarusutamakan para pemilik uang besar yang bermegah-megahan diatas keringat bangsa ini.

Ironis memang, disaat masih besarnya angka kemiskinan dan banyaknya bencana yang datang silih berganti, pemerintah justru lebih memilih untuk "membela" sejumlah orang kaya yang telah mengeruk harta bangsa Ini untuk kepentingan pribadinya. Mengutip perkataan seorang aktivis, "ini menunjukkan bahwa pemerintah kita tidak lebih dari lumpen-borguise yang kaya karena menjadi pelindung kaum kapitalis".

Mencermati isu pemberitaan media terkait hal ini nampaknya media massa Indonesia berupaya untuk mendudukan posisi kasus ini bahwa pemerintah telah salah langkah dalam "membela" Bank Century. Media massa kita justru sibuk untuk mengalihkan pandangan masyarakat terhadap "rapuhnya" manajemen bank itu sendiri yang menyebabkan larinya dana nasabah oleh segelintir orang dalam Bank Century.

Dengan gencarnya pemberitaan DPR VS Pemerintah dalam isu billout Bank Century, media justru telah berperan besar untuk mengalihkan pandangan tentang lemahnya manajemen Bank Century terlebih lemahnya pondasi perbank-an Indonesia.

Memilih memberitakan perseteruan antara Menkeu, Sri Mulyani dan DPR, ketimbang peraturan-peraturan yang menyebabkan dapat larinya uang nasabah, tentu adalah hak dari media massa untuk menggunakan sudut pandangnya tersendiri. Namun demikian, sebagai bagian dari masyarakat sebenarnya, Pers juga dapat berperan lebih aktif untuk menjadi pendidik masyarakat tentang lemahnya perbank-an Indonesia terlebih lagi menjadi sumber belajar masyarakat untuk memilih terlibat dalam aktivitas perbank-an atau tidak.

Comments

Popular posts from this blog

PIPIN CEPLOS

Entah kenapa sejak kemarin malam 19/03 pikiran saya “terganggu” dengan akan berlangsungnya Pemilihan kepala daerah DKI Jakarta. Mungkin karena halangan saat pulang kantor ketika saya (ternyata) melalui kantor KPUD DKI yang sedang dipenuhi massa pendukung FOKE – NARA, atau mungkin karena memang sedang “iseng” atau bisa jadi karena pikiran lagi kepingin dibawa serius. Namun yang pasti hingga malam ini 20/03, “gangguan” tersebut masih tersisa dikepala saya. Pagi tadi, saya coba berselancar di jagat maya, mencari tahu siapa saja yang sudah mendaftarkan diri sebagai bakal calon pemimpin di DKI Jakarta ini. Ternyata sudah ramai pasangan yang mendaftarkan diri di KPUD DKI. Ada Alex –Nono, Hendardji-Riza, Jokowi-Ahok, Foke-Nara, Hidayat-Didik yang kesemuanya didukung partai atau koalisi partai atau “mencoba untung” dari dukungan partai. Hanya satu pasangan bakal calon yang menarik perhatian saya Faisal-Biem yang diusung melalui jalur independen. Dari awal memang saya sudah menaruh antipati ter

Dapat Link Buku

Buat temans yang senang membaca lewat komputer, Ada hadiah dari seorang kawan yang juga penikmat e-book. Sayang, saya belum sempat preview semua halaman websitenya, jadi saya belum dapat memberi cerita apapun tentang hal ini. Coba jelajahi di perpustakaan digital ini .

Pendidikan Ganda demi Bonus Demografi

DJOKO SANTOSO DIDIE SW . Daripada tidak, Indonesia lebih baik sedikit terlambat untuk memulai sistem pendidikan ganda dalam pendidikan tinggi. Sistem ini sukses diterapkan Jerman dan ditiru banyak negara Eropa, termasuk menjadi pendo- rong kemajuan Korea Selatan. Maka, wajar jika Presiden Joko Widodo meminta agar hal tersebut segera serius dilaksanakan. Presiden memang berkali-kali menekankan relasi antara pendidikan dan kebutuhan nyata sesuai perkembangan cepat zaman. Lantas apa pentingnya dan bagaimana sebenarnya cara kerja dari sistem pendidikan ganda? Bagaimana perguruan tinggi bersama perusahaan industri bisa menerapkan pendidikan kejuruan dan pelatihannya tersebut dengan sukses? Jerman menerapkan sistem pendidikan ganda dalam upaya mempercepat penyejahteraan penduduknya. Sistem ini menghasilkan kontribusi besar dari sejumlah besar kaum muda yang berketerampilan khusus. Model pendidikan praktis ini dapat melatih kaum muda dalam keterampilan yang relev